Muncul nama endemik
pleci dakun yang belakangan ini dijadikan perbincangan hangat dikalangan
pecinta pleci. Dikarenakan ramainya
latber maupun lomba pleci, menjadikan persaingan dalam hal positif untuk burung jenis ini. Selain
sekedar menekankan materi isianya, ternyata soal volume burung sendiri juga
sangat penting. Burung dakun bali lebih dikenal memiliki volume suara yang lebih
tebal dari dakun endemik lainya. Alunan
cengkok suara ngalas standar dakun bali seperti burung kacial, ada yang
menganggapnya ngalas standar dakun bali merupakan suara pleci ngalas isian
blacktroath, sogok ontong, atau glatik. Beberapa faktor diataslah yang biasanya
menjadikan alasan pleci mania lebih memilih bahan dakun bali untuk dijadikan
jagoan.
Ciri-ciri dakun
bali sendiri tidaklah jauh beda dengan burung pleci dakun jawa seperti
biasanya. Dari ukuran tubuh sendiri memang dakun bali memiliki body lebih besar
dan panjang, tetapi ada juga dakun bali yang memiki body kecil sama persis
dengan dakun jawa. Untuk perbedaan yang mencolok pada saat mendengarkan suara
call atau ngalasnya akan terdengar sangat beda. Suara dakun bali menyerupai suara anak ayam,
tetapi pas ngotot suara call “cii ” seperti layaknya suara dakun biasa.
Setiap
kelebihan tentu ada kekuranganya, memang pleci dakun bali memiliki volume suara
yang kencang lantang saat ngalasnya, tetapi masih kalah pada faktor ngototnya
yang masih nge-time. Dakun bali lebih sering ngangkat ngalas kemudian
memerlukan jeda beberapa detik untuk kembali ngangkat ngalas. Walaupun ada
beberapa dakun bali yang memang mau ngotot tanpa ngetime, tetapi mayoritas
dakun bali memanglah nge-time sesaat sebelum kembali buka. Selain ngetime,
kadang ada beberapa dakun bali yang tidak mau narung dengan dakun biasa asal
jawa, jadi gacornya jika memang pas sendirian saja. Tetapi untuk narung atau
tidaknya dengan dakun biasa mungkin bisa dicari settingan untuk lebih lanjut.
Semoga bermanfaat,
Saya juga kenal dengan Pak Haji.. plecinya memang pleci juara.. :)
ReplyDelete